Ibadah AM-GPM Ranting Galilea tertanggal 09 Februari 2012, ada sebuah hal menarik yang didiskusikan tepat pada bagian inti ibadah, hal menarik tersebut adalah sebuah diskusi mengenai topik yang dilontarkan majelis bertugas saat itu, topik itu mengenai “apakah ibadah itu berguna?” yang dilandaskan pada pembacaan Alkitab; 1 Timotius 4: 1-16.
Jika ditinjau dari segi realita kehidupan berjemaat, ada sebuah statement kontroversial yang beredar yang ducapkan oleh orang yang ketimbang memilih untuk tidak beribadah kepada mereka yang pergi, statement tersebut berbunyi, “kamong yang pi ibada sama sa deng katong!” [Kalian yang pergi ke ibadah adalah sama dengan kami yang tidak pergi]. Statement ini kalau diinterpretasi memiliki makna bahwa orang yang pergi beribadah hanyalah untuk menjalankan sebuah rutinitas dan jika telah selesai maka orang-orang tersebut kembali menyatakan sifat (buruk) asli mereka.
Fenomena inilah yang sedang menyerang keimanan kita umat Kristen, sebab sebagian orang pergi beribadah hanyalah untuk menjalankan sebuah rutinitas rohani dengan bermotivasi untuk dicap sebagai anak-anak Tuhan yang rajin bersekutu dengan-Nya. Padahal adalah salah jika kita berlaku demikian, sebab; ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang (1Timotius 4: 8). Jadi janganlah kita menjadikan ibadah sebagai media untuk berjumpa pandang dan sapa dengan teman atau pacar, sebagai lahan bisnis, maupun sebagai tempat untuk adu pamer gaya berbusana seperti yang disampaikan majelis bertugas saat itu, bahkan sebagai media untuk dicap sebagai anak Tuhan oleh masyarakat.
Ditinjau dari segi pelaksanaanya, ibadah terbagi dalam dua bentuk yaitu ibadah ritual dan ibadah praktikal seperti yang disampaikan oleh rekan-rekan pemuda dalam diskusi tersebut. Ibadah ritual adalah ibadah seperti yang kita umat Kristen lakukan pada setiap ibadah minggu di Gereja maupun pada wadah-wadah pelayanan lainnya. Bentuk ibadah ini akan menjadi sempurna dan berguna jika kita pula melakukan ibadah praktikal, dimana ibadah praktikal adalah tindakan melakukan hukum kasih kepada Allah maupun sesama kita manusia dalam kehidupan sehari-hari tanpa dibatasi oleh waktu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, ibadah itu berguna jika kita mampu untuk merealisasikan dua bentuk ibadah tersebut (ritual dan praktikal) tanpa menyentuh alasan kedagingan kita, dan hal ini disepakati juga oleh semua rekan pemuda dan majelis bertugas pada akhir diskusi tersebut. Untuk itu dengan tulisan ini saya mengundang semua saudara-saudari untuk selalu datang dan beribadahkan Dia, sang juruselamat kita, dan dengan percaya diri saya juga menyatakan bahwa perspektif; “kamong yang pi ibada sama sa deng katong!” adalah salah dan harus dibuang jauh-jauh dari kehidupan berjemaat kita, karena ibadah itu memang berguna, seperti; mendekatkan diri kita kepada-Nya, membangun relasi Kekristenan dangan orang lain, untuk menguatkan iman kita dalam menghadapi berbagai serangan iblis di kehidupan sehari-hari, sebagai tempat untuk menggenapi tri-panggilan Gereja (Marturia: bersaksi, Diakonia: melayani, dan Kononia: bersekutu) dan masih banyak hal berguna (positif) lainnya. Disamping itu apabila kita telah menunaikan panggilan-Nya untuk beribadah maka nyatalah berkat-Nya atas kehidupan kita seperti yang tertera pada Keluaran 23: 25, yang berbunyi; Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar